Sabtu, 16 Januari 2016

Model Pembelajaran Matematika



BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat penting yang penerapannya berguna dalam kehidupan sehari-hari. Namun pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit dipahami dan dipelajari, sehingga banyak siswa yang tidak senang dan takut terhadap pelajaran matematika. Hal ini dapat disebabkan cara pangajaran guru yang tidak tepat dan monoton. Sebagai calon guru, kita harus dapat membuat siswa termotivasi belajar matematika agar siswa menjadi lebih aktif, senang dan gembira. Dalam belajar matematika, guru tidak boleh selalu mendominasi kelas. Guru harus memperhatikan model, strategi, metode dan teknik pembelajaran matematika yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang digunakan.
Oleh karena itu, dalam menyusun makalah ini kami akan menyampaikan beberapa model, strategi, pendekatan, metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan diajarkan.

B.     Tujuan

Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah:
1.      Menjelaskan model, strategi, pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran matematika
2.      Mengetahui model, strategi, pendekatan, metode dan teknik yang efektif dalam pembelajaran matematika
3.      Memberi wawasan kepada calon guru tentang model, strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran matematika

C.    Ruang Lingkup

1.      Model pembelajaran matematika
2.      Strategi pembelajaran matematika
3.      Pendekatan pembelajaran matematika
4.      Metode dan teknik pembelajaran matematika

BAB II PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Matematika

Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa denagn guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagai guru kita harus mampu melakukan identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan model pembelajaran yang tepat, mampu memilihnya secara tepat, mengembangkan dan menerapkanya dalam proses pembelajaran. Agar efektivitas pembelajaran yang diselenggarakan akan dapat meningkat. Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran pada matematika:
1.      Pembelajaran Klasik
Pembelajaran klasik yaitu pembelajaran yang kita jumpai sehari-hari disekolah. Proses belajar mengajarnya masih menggunakan cara lama yaitu :
a.       Guru mengajar sejumlah siswa antara 30 sampai 40 orang siswa
b.      Para siswa memiliki kemampuan minimum
c.       Siswa dapat dikatakan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan yang relative sama
d.      Kesukaran guru untuk memperhatikan kecepatan belajar, kesulitan belajar, dan minat belajar pada siswa.
e.       Guru menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum
f.       Guru sangat mendominasi untuk menentukan kegiatan pembelajaran
Kekurangan dari model pembelajaran klasik itu adalah tidak dapat melayani kebutuhan belajar siswa secara individu. Misalnya, siswa mengeluh karena gurunya mengajar terlalu cepat, gurunya mengajar bertele-tele dan sebagainya.
2.      Pembelajaran Individu
Model pembelajaran individu merupakan model yang menggunakan pembelajaran individual.
Ciri-ciri dari pembelajaran individual :
a.       Siswa belajar sesuai kecepatannya masing-masing
b.      Siswa belajar secara tuntas
c.       Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas
d.      Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sisitem nilai mutlak.
Model pembelajaran yang menggunakan pembelajaran individual salah stunya adalah modul. Modul yaitu suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction).
Prosedur dari pembelajaran Modul :
a.       Guru membagikan modul yang telah disiapkan kepada setiap siswa.
b.      Guru menyuruh siswa untuk mempelajari (sendiri-sendiri) bagian dari modul, dan mengerjakan soal-soal latihannya dalam waktu  2 x 40 menit.
c.       Setelah siswa menyelesaikan perintah , siswa diminta mengumpulkan pekerjaanya untuk diperiksa guru.
d.      Guru memberikan tes bila siswa dapat menyelesaikaln latihan soal dengan baik. Hasil tes menentukan siswa dapat melanjutkan ke modul selanjutnya.
e.       Unruk siswa yang belum dapat menyelesaikan soal latihan dengan baik. Siswa dapat minta bantuan mendiskusikan masalahnya. Jika sudah menguasai betul baru siswa meminta tes kepada guru.
3.      Cooperative Learning Dalam Matematika
Cooperative learning adalah pembelajaran dimana para siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama dengan cara berdiskusi. Siswa juga bisa menentukan strategi pemecahanya dan menghubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang telah dapat diselesaikan.
Cooperative learning dapat melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Adanya tugas kelompok dapat memacu untuk bekerja sama dalam mengipertasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya.
Didalam matematika sendiri Cooperative learning dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Seperti contoh membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika.Dan dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
*      Hal-hal yang pelu dipenuhi dalam Cooperative learning :
a.       Para siswa yang tegabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari tim dan mempunyai tujuan bersama untuk di capai.
b.      Siswa harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok. Berhasil atau tidaknya suatu kelompok adalah tanggung jawab kelompok.
c.       Mencapai hasil yang maksimum dengan cara berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Beberapa model Cooperative learning telah dikembangkan oleh para ahli. Beberapa diantaranya STAD dan Jigsaw.
a)      STAD
Inti dari STAD (Student Team Acheviement Division) ini adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas emapat atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaanya kepada guru.
b)      Jigsaw
Setiap kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda. Siswa bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk menyampaikan apa yang didapatkannya.
*      Penggunaan Cooperative Learning
1.    Memanfaatkan tugas pekerjaan rumah:
a. Membentuk beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang setiap kelompok
b. Mintalah mereka membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumah
c. Guru dapat membimbing memecahkan kesulitan-kesulitan yang siswa alami pada saat diskusi.
d. Dapat memberikan perhatian secara individual untuk para siswa yang tidak aktif
2.    Pembahasan Materi Baru:
a. Guru menerangkan, mengembangkan, atau mendemostrasika suatu teknik baru yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
b. Kemudian siswa disuruh untuk bekerja  sendiri-sendiri menggunakan pengetahuan yang baru.
c. Guru mengharapkan adanya pertanyaan dari para siswa tentang materi baru tersebut
Untuk mengoptimalkan manfaat Cooperative Learning, keanggotaanya sebaiknya heterogen. Baik dari kemapuanya maupun kaakteristiknya, untuk menjamin keheterogenetas kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok. Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi pada kemapuan produktivitas kelompoknya.
Didalam Cooperative Learning para siswa biasanya terlibat konflik-konflik verbal yang bekenaan dengan perbedaan pendapat anggota-anggota kelompoknya. Guru memaiknkan peranan yang menentukan dalam menerapkan Cooperative Learning yang efektif.
  1. Pengajaran Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar
a.       Menurut berbagai ahli berpendapat bahwa tutor sebaya adalah :
Dedi Supriyadi (1985, h.36) mengemukakan, bahwa : “Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu sisawa yang mengelami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi”.
 Ischak dan Warji (1987, h.44) mengemukakan bahwa : “Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas  terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya”.
Conny Semiawan, dkk. (1987, h.70) mengemukakan bahwa : “Tutor sebaya itu adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya diluar sekolah”.

Jadi, Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya disekolah. Bantuan belajar oleh sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan. Sebagaiman dikemukakan oleh Longstreth (dalam Muntasir, dkk.1985, h. 82-83) hubungan anak dengan anak, sebagai berikut :
Interaksi kawan membukakan mata anak terhadap tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan itu, dan yang sering dilakukan, dan dengan demikian ia condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku …”.
            Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru s ebenarnya kebutuhan anak itu sendiri.
b.      Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya
            Menurut Branley (1974, h.53) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu :
1.      Student to student
2.      Group to tutor
3.      Group to student
Model Operasional Kelompok:

B.     Strategi Pembelajaran Matematika

  1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa Yunani, pengertian strategi menurut etimologi ialah strategia yang artinya ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Dalam konteks perang strategi diartikan sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang  angkatan darat atau laut. Selain itu strategi dapat didefinisikan sebagai suatu ide/pikiran yang disusun dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 
“Strategi ialah suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal.” (Hidayat 2000:1)

Antony (dalam Hidayat 2000: 1) menyatakan bahwa “Strategi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.”

Secara umum strategi diartikan suatu cara, atau siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pringgowidagda 2002: 88).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran (matematika), strategi adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan denagn segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal.
Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa, ‘Strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.’ Maksudnya adalah strategi pembelajaran merupakan suatu rencana yang disusun oleh guru mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghasilkan hasil belajar yang diinginkan guru pada siswa.
Dari uraian di atas, pengertian strategi dalam kaitannya dengan pembelajaran (Matematika) adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. GBRP, Program Tahunan, Rencana Pembelajaran, Program Satuan Pelajaran merupakan contoh strategi pembalajara yang tertulis.
Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum 2013.
  1. Komponen-komponen dalam strategi pembelajaran
Dick danCarey mengatakan bahwa ada lima komponen strategi pembelajaran, yaitu:
-          Kegiatan pembelajaran pendahuluan
Dalam menyusun langkah yang akan dilakakukan saat kegiatan belajar mengajar perlu adanya kegiatan pembuka yang bertujuan agar siswa tertarik untuk fokus saat pembelajaran.
Misalnya: memberikan motivasi kepada siswa, membuat siswa fokus pada pelajaran, mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dimulai (pre-test tertulis maupun lisan).
-          Penyampaian informasi
Strategi pembelajaran merupakan rangkaian prosedur yang memiliki tujuan tertentu untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tujuan guru dalam membuat strategi pembelajaran adalah menyampaikan informasi (berupa materi) kepada siswa dengan langkah-langkah tertentu sehingga dapat mengembangkan keterampilan siswa baik dari aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotor.
-          Partisipasi siswa
Strategi pembelajaran harus dibuat untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam membuat suatu strategi pembelajaran, harus bisa mengajak siswa untuk berpartisipasi di dalamnya (proses belajar mengajar).
Contoh: strategi pembelajaran mendorong siswa untuk aktif di kelas seperti dalam hal bertanya, menjawab, berpendapat dan lain sebagainya.
-          Tes
Tes merupakan cara untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan atau keterampilan siswa, oleh karena itu tes harus ada dalam strategi pembelajaran agar guru dapat mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah dilakukannya.
Contoh: quiz, ulangan harian, UTS, UAS.
-          Kegiatan lanjutan
Kegiatan lanjutan diperlukan dalam strategi pembelajaran untuk membantu siswa lebih memahami lagi materi yang disamapaikan.
Contoh: pemberian tugas untuk dikerjakan di rumah, rangkuman dari serangkaian proses pembelajaran dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran:
a.    Kompetensi yang akan dicapai.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang diharapkan bisa dimiliki siswa setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain kompetensi ini merupakan tujuan dari kegiatan belajar mengajar yang akan kita laksanakan.
b.    Karakteristik Siswa.
Sebelum berperang dengan musuh maka kenalilah dulu musuh itu. Begitu juga dalam pemilihan strategi pembelajaran sangat perlu bagi kita untuk mengetahui atau mengenali terlebih dahulu watak atau cara berfikir siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar informasi yang akan disajikan atau diberikan kepada siswa dapat diterima dengan baik dan mudah dipahami. Selain itu dengan memahami karakteristik dari siswa terlebih dahulu, komunikasi antara Guru dan siswa dapat berjalan lancar.
c.    Media pembelajaran
Segala sesuatu yang ada di sekitar kegiatan belajar mengajar dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan materi kepada siswa. Dalam pemilihan strategi pembelajaran lebih baik disesuaikan dengan media pembelajaran apa yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar, media pembelajaran ini membantu Guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dan memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan Guru. Dengan kata lain media pembelajaran merupakan perantara antara Guru dengan siswa.
d.    Keefektifan.
Pemilihan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan langkah-langkah mana yang efektif untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Langkah yang efektif dan praktis berfungsi untuk menyingkat waktu namun tujuan pembelajaran tetap tercapai.
3.      Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Penggunaan strategi pembelajaran didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut:
a.       Berorientasi pada tujuan
Segala kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa harus diupayakan untuk mencapai tujuan tepatnya untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
b.      Aktivitas
Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi strategi pembelajaran harus dapat menciptakan siswa yang aktif dalam pembelajaran dan siswa yang berkompeten.
c.       Individualitas
Strategi pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan kemampuan atau pengetahuan setiap individu siswa.
d.      Integritas
Strategi pembelajaran haruslah dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (aspek kepribadian siswa).

  1. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
a.       Strategi Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct intruction).
Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”.
Artinya: 
Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: 
ü  Menetapkan tujuan
Menentukan materi apa yang akan diberikan untuk siswa dan menentukan keterampilan yang diharapkan untuk siswa menguasainya. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi  kepada hasil belajar. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan model ini.
ü  Penjelasan dan/atau demonstrasi
penyampaian informasi megenai materi dilakukan dengan menjelaskan atau mendemonstrasikannya di depan kelas. Dalam hal ini guru harus menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa agar siswa mendapatkan wawasan yang luas mengenai materi tersebut. Selain itu dengan menguasai materi guru dapat mengelolah kelas dengan baik.
ü  Panduan praktik
Setelah menjelaskan materi, memberikan petunjuk untuk mempraktikannya ke dalam suatu pemecahan masalah
ü  Umpan balik
memberikan tanggapan terhadap hasil kinerja dari pempraktikan materi.
ü  Perluasan praktik
Memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan materi yang telah disampaikan guru kepada siswa dengan memberikan tugas, latihan, dan semacamnya.
b.      Strategi Pembelajaran Diskusi
Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih dimana dalam proses terdapat pertukaran informasi memiliki tujuan yang sama yaitu mencari solusi untuk memcahkan suatu masalah.
Sedangkan yang dimaksud dengan diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok dimana setiap kelompok mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan topik yang diberikan guru di kelas.
Untuk menciptakan suasana diskusi yang aktif, guru berperan sebagai pemimpin diskusi atau moderator dalam diskusi dimana guru di sini bertugas untuk mengarahkan pembicaraan dalam diskusi. Dan diakhir diskusi guru memberikan rangkuman hasil diskusi dengan mengevaluasinya juga.
c.       Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif diterapkan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk diselesaikan bersama dengan kelompok masing-masing sehingga dalam memecahkan suatu masalah pada suatu kelompok, setiap individu akan berpartisipasi dan dalat saling melengkapi mengenai materi yang diajarkan. Kemudian antara kelompok satu dengan kelompok yang lain menyampaikan informasi yang akan didapat dalam suatu penyelesaian masalah.
Dalam strategi ini guru berperan sebagai moderator dari setiap kelompok dan memberikan panduan mengenai jalannya kerja kelompok. Ada empat unsur yang penting dalam strategi ini, yaitu:
-          Adanya peserta dalam kelompok
-          Adanya aturan keompok
-          Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok.
-          Adanya tujuan yang harus dicapai.
d.      Strategi Pembelajaran Problem Solving
“Pemecahan masalah (problem solving) didefinisikan sebagai suaru proses penghiilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.”(Hunsaker, 2005)
Mu’Qodin (2002) mengatakan bahwa problem solving adalah suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
Implementasi strategi problem solving dalam pembelajaran Matematika adalah guru mengajarkan kepada siswa penggunaan grafik untuk mengolah suatu data.

C.    Pendekatan Pembelajaran Matematika

Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan beradaptasi dengan siswa.
1.       Orientasi Pendekatan Open- Ended dalam Pembelajaran Matematika
Kegiatan berpikir yang sulit terlepas dari matematika, seperti memahami suatu konsep matematika, memecahkan permasalahan matematika, menkonstruksi suatu teori, atau menyelesaikan permasalahan dengan menerapkan matematika disebut kegiatan matematika.
a.        Mengkonstruksi Problem
Problem Open-Ended tidak mudah dikembangkan oleh siswa dengan beragam kemampuan. Melalui penelitian di Jepang ditemukan beberapa hal yang menjadi acuan dalam mengkreasi problem tersebut diantaranya:
1)      Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata
2)      Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat- sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3)      Sajikan bentuk- bentuk atau bangun- bangun geometri.
4)      Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5)      Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori
6)      Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat mengeneralisasi dari pekerjaanya
b.       Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Setelah guru mengknstruksi dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem itu ditampilkan di kelas adalah :
·                Apakah problem itu kaya dengan konsep- konsep matematika dan berharga?
Problem harus mendorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang
·                Apakah level matematika dari problem itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan problem Open- ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punyai
·                Apakah problem itu mengundang perkembangan konsep matematika lebih lanjut ?
Problem harus memiliki keterkaitan atau dihubungkan dengan konsep- konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi
Setelah kita memformulasi problem mengikuti kriteria yang dikemukakan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Tahapnya adalah sebagai berikut:
ü   Tuliskan respon siswa yang diharapkan
Siswa diharapkan merespon problem open- ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menulis daftar antisipasi respon siswa terhadap problem.
ü   Tujuan dari problem itu harus jelas
ü   Sajikan problem semenarik mungkin
Konteks permasalahan yang diberikan harus dikenal baik oleh siswa dan harus menbangkitkan semangat intelektual.
ü   Lengkapi prinsip posing problem sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem itu.
Problem harus diekspresikan sedemikian sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan jika eksplanasi problem terlalu ringkas.
ü   Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem
Kadang- kadang waktu  yang dialokasikan tidak cukup dalam  menyajikan problem, memecahkannya mendiskusikan pendekatan dan  penyelesaian, dan merangkum apa yang telah siswa pelajari. Oleh karena itu, guru harus memberikan  waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem.
c.       Kenggulan dan Kelemahan Pendekatan Open- Ended
Dalam pendekatan Open- Ended guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya atau jawabannya tidak perlu ditentukan hanya satu jalan/ cara. Guru harus memanfaatkan keberagaman cara atau prosedur untuk menyelesaikan masalah itu untuk memberi pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Keunggulan pendekatan Open- ended adalah :
1.             Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikanidenya.
2.             Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
3.             Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.             Siswa secara instringsik  termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.             Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Kelemahan pendekatan open- ended adalah :
1.             Membuat dan menyiapkan masalah metematik yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2.             Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3.             Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4.             Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitanyang mereka hadapi.
e.       Description: D:\5.pngContoh Pendekatan Open- Ended
Problem :
Description: D:\6.png
Contoh respon yang siswa harapkan :
Sudut Pandang
Respon Siswa
Perubahan Rasio
1.      Bila x naik maka y naik

2.      Kemiringannya sama

3.      Tingkat perubahannya tetap

4.      Gradiennya positif

5.      Grafiknya naik ke kanan atas

6.      Terdapat perbandingan tetap antara y dan x
Pernyataan
7.      Fungsi tersebut berbentuk y= ax

8.      Y merupakan fungsi linear terhadap x
Grafik
9.      Grafiknya berupa garis lurus

10.  Grafiknya melalui titik asal

11.  Grafiknya simetris terhadap titik pusat

12.  Grafik melalui kuadran pertama dan ketiga

13.  Grafik melalui titik (2,4)
Range
14.  Rangenya tak hingga

2.      Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik
a.       Pengantar
Salah satu pembelajaran matematika yang akhir- akhir ini sedang marak dibicarakan orang adalah pembelajaran menggunakan pendekatan realistik. Beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik sekurang- kurangnya dapat membuat:
1.      Matemtika lebih menarik, relevan, dan bermakana tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
2.      Mepertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3.      Menekankan belajar matematika pada learning by doing
4.      Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakn penyelesaian yang baku.
5.      Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika ( Kuiper & Knuver, 1993)

b.      Inovasi Pembelajaran Matematika
Romberg mengatakan bahwa dalam pendidikan matematika, individu atau kelompok dapat membuat suatu prodk baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran, produk ini mungkin berupa materi pembelajaran baruteknik pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru .
Program ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil proses belajar mengajar yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam menyerap konsep- konsep, prosedur dan alogaritma matematika.
c.    Pendekatan Realistik diantara Pendekatan Lainnya dalam Pendidikan Matematika
Secara umum terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, yaitu : mechanistic, structuralistic, empiristic, dan realistik.
a.       Menurut filosofi mechanistic manusia ibarat komputer sehingga dapat diprogram dengan cara drill untuk mengerjakn hitungan dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana bahkan mungkin dalam penelesaian geometri.
b.      Menurut filosofi structuralistic, yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika dan sistemnya terstruktur secara baik.
c.       Menurut filosofi empiristik bahwa dunia adalah kenyataan. Dalam pandangan ini kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa.para siswa mendapat kesempatan untuk mendapatlan pengalaman yang berguna.
d.      Menurut filosofi realistic siswa diberikan tugas- tugas yang mendekati kenyataan yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya.
d.      Prinsip- Prinsip Pembelajaran Realistik
Lima prinsip utama dalam kurikulum matematika realistik  yaitu:
·           Dominasi oleh masalah- masalah dalam konteks
·           Perhatian diberikan pada pengembangan model- model, situasi, skema, dan simbol- simbol
·           Sumbangan dari siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran manjadi konstruktif dan produktif
·           Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika
·           Mambuat jalinan antar topik,  antar  pokok bahasan atau antar strand
Menurut Treffersdan Goffree (1985, dalam De Large 1996) bahwa masalah kontekstual dalam kurikulum realistik berguna untuk mengisi sejumlah fungsi:
a)      Pembentukan konsep: para siswa diperkenankan untuk masuk ke dalam matematika secra alamiah dan termotivasi
b)      Pembentukan model: masalah- masalah kontekstual memasuki fondasi siwa untuk belajar operasi, prosedur, notasi, dan aturan
c)      Keterterapan: masalah kontekstual menggunakan reality sebagai sumber dan domain untuk terapan
d)     Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi terapan

e.       Pertimbangan Menggunakan Pendekatan Realistik
Dikaitkan dengan prinsip- prinsip pembelajaran dalam pendekatan matematika realistik. Berikut ini merupakan rambu- rambu penerapannya:
1.      Bagimana guru menyampaikan matematika kontekstual sebagai starring point pembelajaran
2.      Bagaimana guru  menstimulasi, membimbing, dan menfasilitasi agar prosedur, alogaritma, simbol skema dan model yang dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai kepada matematika formal
3.      Bagaimana guru memberi atau mengarahkan kelas, kelompok, maupun individu untuk menciptakan free production, menciptakan caranya sendiri dalma menyelesaikan soal atau menginterpretasikan problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai macam pendekatan, atau metode penyelesaian atau alogaritma
4.      Bagaimana guru mmbuat kelas bekerja secara interaktif sehingga interaksi diantara mereka antara siswa dengan siswa dalam kelompok  kecil, dan antara anggota- anggota kelompok dalam presentasi umum, serta antara siswa dan guru
5.      Bagaimana guru membuat jalinan antara topik  dengan topik lain, antara konsep dengan konsep lain dan antara satu simbol dengan simbol lain didalam rangkaian matematika
Sebuah laporan penelitian terhadap implementasi pembelajaran matematikaberdasarkan realistik mengatakan bahwa:
·         Sekurang- kurangnya telah mengubah sikap siswa menjadi lebih tertarik terhadap matematika
·         Siswa menyenangi matematika dengan pendekatan pembelajran yang diberikan dengan alasan cara belajrnya berbeda dari biasanya
Beberapa rekomendasi hasil studi tersebut antara lain mengingat bahwa tidaka ada cara belajra mengajar yang terbaik, maka pendekatan realistik perlu dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika
f.           Contoh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Realistik Matematika
1.      Membandingkan dan menukar (barter)
2.      Kombinasi harga- harga
3.      Mencari harga berbagai barang
4.      Pola dan formula
5.      Konstruksi baja
6.      Desain ubin lantai
7.      Pola- pola dasar

D.    Metode dan Teknik Pembelajaran Matematika

Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum. Kemampuan metode mengajar dari seorang guru selalu disertai kemampuan teknik-teknik mengajarkan bidang studinya. Dengan demikian, metode dan teknik diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda tetapi tidak terpisah dalam pelaksanaannya di lapangan.
Matematika adalah pelajaran yang paling sulit dipelajari, jadi jarang siswa yang menyukai pelajaran matematika. Untuk mata pelajaran matematika, guru diminta agar tidak mendominasi kelas dan pengajaran berpusat pada siswa. Guru harus memperhatikan metode yang sesuai dengan tuntutan itu apakah penerapannya sudah efektif dan efisien. Pemilihan metode yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar mengajar. Setiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode yang lain.
1.      Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Pada metode ini guru lebih mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Kelebihan metode ceramah:
-          Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan karena biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
-          Konsep yang disajikan secar hierarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
-          Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga waktu energi dapat digunakan sebaik mungkin.
-          Isi silabus dapat diselesaikan denagn lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
-          Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.
Kelamahan metode ceramah:
-          Pelajaran berjalan membosankan dan murid-murid menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang dijabarkan.
-          Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat murid tidak mampu menguasai bahan ynag diajarakan.
-          Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
-          Ceramah menyebabkan belajar murid menjadi “belajar menghafal” (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya perhatian.
Metode ceramah perlu dipakai jika:
-          Bertujuan untuk memberikan informasi.
-          Materi yang disajikan belum ada dalam sumber-sumber yang lain.
-          Materi sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok yang akan menerimanya.
-          Materinya menarik atau dibuat manarik.
-          Setelah ceramah selesai diadakan cara lain untuk pengendapan agar lebih lama diingat.
Metode ceramah tidak dipakai jika:
-          Tujuan instruksionalnya bukan hanya memberikan informasi, tetapi misalnya agar murid kreatif, terampil, atau menyangkut aspek kognitif yang lebih tinggi.
-          Diperlukan ingatan yang tahan lama.
-          Diperlukan partisipasi aktif dari murid untuk mencapai tujuan instrulsional.
-          Kemampuan kelas rendah.
2.      Metode Ekspositori
Pada metode ekspositori murid lebih aktif daripada metode ceramah. Murid tidak hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi juga diminta membuat soal dan bertanya kalau tidak dimengerti. Guru memeriksa pekerjaan murid. David P. Ausubel berpendapat bahawa metode ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Ausubel membedakan belajar menjadi:
a.       Belajar dengan menerima (reception learning)
b.      Belajar melalui penemuan (discovery learning)
Belajar juga dibedakan menjadi:
a.       Belajar dengn menghafal (rote learning)
b.      Belajar denagn pengertian (meaningful learning)
3.      Metode Demonstrasi
Pada metode ini aktivitas murid lebih banyak dilibatkan sehingga dominasi guru lebih berkurang. Ciri metode demonstrasi adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan, misalnya kemampuan membuktikan teorema dan menurunkan rumus. Sedangkan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk memggambar dua garis sejajar dan tegak lurus. Setelah demonstrasi selesai, hendaknya disusul kegiatan diskusi.
4.      Metode Driil dan Metode Latihan
Kemampuan mengingat fakta-fakta dasar hitungan tergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat kembali dan kegiatan-kegiatan lain bersifat lisan merupakan hal-hal yang perlu untuk “hafal”. Kemampuan ini merupakan tujaan dari metode drill. Tujuan metode drill adalah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika. Sedangkan latihan diperlukan agra siswa terampil menyelesaikan soal-soal yang pengertian dan prosedur penyelesaiannya  sudah dipahami.
5.      Metode Tanya Jawab
Dengan metode tanya jawab siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar dengan metode ekspositori. Karena pertanyaan-pertanyaan dari guru harus mereka jawab. Untuk menghindari sikap guru yang tidak menyenangkan, agar siswa menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode tanya jawab, guru hendaknya berlaku sebagai berikut:
a.       Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa bagaimanapun jelek mutunya.
b.      Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan mengajukan pertanyaan.
c.       Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, atau mendemonstrasikan  hasil berpikirnya di depan kelas atau papan tulis atau memperlihatkan hasil karyanya.
d.      Mengajukan pertanyaan kepada sasaran yang sesuai dengan keperluan.
e.       Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan yang disengaja.
f.       Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya.
6.      Metode Penemuan
Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya ini siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru. Melaksanakan pengajaran dengan metode penemuan harus memperhatikan siswa yang cerdas dan yang kurang kecerdasannya. Bagi yang cerdas hendaknya diberikan tugas yang lain agar tidak bosan menunggu hasil temannya.
Untuk merencanakan pengajaran penemuan hendaknya diperhatikan:
a.       Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
b.      Hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa
c.       Prasyaart-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa
d.      Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing
Kelebihan metode penemuan:
a.       Siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan hasil akhir
b.      Siswa memahami benar bahan pelajaran, karena mengalami sendiri proses menemukannya
c.       Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas
d.      Siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
e.       Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
Kelemahan metode penemuan:
a.       Metode banyak menyita waktu dan tidak menjamin siswa tetap semangat mencari penemuan-penemuan.
b.      Tidak tiap mempunyai guru selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan.
c.       Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
d.      Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.
e.       Kelas yang banyak guru akan sangat merepotkan guru dalam memberikan bimbingan
7.      Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Mengajar inkuiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok dan cara sendiri-sendiri. Tujuan mengajar inkuiri adalah agar siswa tahu dan metode ilmiah dengan inkuiri dan mampu mentrasfer ke dalam situasi lain. Adapun tahap metode inkuiri:
a.       Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan teka teki.
b.      Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang digunakan untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan dan masalah.
c.       Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
d.      Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
8.      Metode Permainan
Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan  yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional pengamatan matematika. Tujuannya dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, atau afektif. Permainan matematika dapat meningkatkan kemampuan, penanaman konsep, pemahaman dan pemantapannya, meningkatkan kemampuna menemukan dan memecahakn masalah. Metode permainan memerlukan perumusan tujuan instruksional yang jelas, penilaian topik atau subtopik, perincian kegiatan belajar mengajar.
Kelemahan metode permainan:
a.       Tidak semua topik dapat disajikan melalui permainan
b.      Memerlukan banyak waktu
c.       Penentuan kalah menang dapat berdampak negatif
d.      Mengganggu ketenangan belajar di kelas lain
9.      Metode Pemberian Tugas
Metode ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari murid. Cara guru menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Maksud pemberian tugas soal-soal pekerjaan rumah adalah agar murid terampil menyelesaikan soal, lebih memahami, dan mendalami pelajran yang diberikan di sekolah.
Ø  Teknik Bertanya dan Memberiakan Motivasi
Salah satu persiapan pembelajaran matematika adalah menentukan tujuan dan ujung kegiatan intinya adalah mengukur apa yang telah dipelajari oleh siswa melalui kegiatan penilaian. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam persiapan atau perencanaan kegiatan pembelajran matematika adalah menentukan strategi pemberian motivasi kepada siswa untuk belajar
1.      Taksonomi Bloom
Tujuan penyajian taksonomi Bloom ke dalam bentuk klasifikasi hierarki dimaksudkan untuk mengategorisasi hasil perubahan kognisi pada diri siswa sebagai hasil sebuah pembelajaran. Taksonomi Bloom yang dimaksud adalah:
a.       Pengetahuan (Knowledge/C1), menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secar tepat sesuaia dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya.
b.      Pemahaman (Comprehension/C2), adalh tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu.
c.       Penerapan (Application/C3), adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk itu.
d.      Analisis (Analysis/C4), adalah kemampuan untuk memilih sebuah informasi ke dalam komponen-komponen sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.
e.       Sintesis (Synthesis/C5), adalah kemampuan untuk mengombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struketur yang unik atau sistem
f.       Evaluasi (Evaluation/C6) adalah kegiatan membuat penilaian (judgment) berkenaan denagn nilai sebuah idea, kreasi, cara atau metode.
2.      Strategi Mengajukan Pertanyaan
Seandainya mamapu, guru dapat:
-          Mengembangkan pertanyaan yang baik, benar, dan relevan.
-          Melibatkan semua siswa dalam kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan.
-          Mengondisikan serta mendorong diskusi kelas, strategi mengajukan pertanyaan dapat menjadi prosedur yang potensial untuk kegiatan tinjau-ulang materi-materi matematika yang telah disampaikan.
3.      Tipe-tipe Pertanyaan
Tipe-tipe pertanyaan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika antara lain pertanyaan yang berkenaan dengan pengetahuan, pamahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi tentang fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
4.      Mengembangkan Strategi Bertanya yang Efektif
Dalam sebuah pembelajaran, partanyaan yang ditujukan bagi siswa hendaknya memperhatikan tingkat kesukaran pertanyaan tersebut. Karena kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan siswa tidak sama, maka dominasi siswa yang berkemampuan lebih harus dihindari. Strategi pemberian pertanyaan dalam pembelajaran metematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar selama diberikan secara efektif dan efisien.
5.      Mendiagnosis dan Memberikan Motivasi Belajar
Masalah rendahnya motivasi belajar siswa dapat diakibatkan oleh beberapa hal:
-          Kegagalan berulang ynag dialami oleh siswa dalem melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan matematika
-          Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh siswa sebelumnya yang berhubungan dengan ketidaknyamanan dalm belajar metematika.
-          Ketidakserasian dalam berinteraksi amtara siswa dengan siswa lainnya atau antara siswa dengan guru
-          Kekeliruan siswa memakai dalm memaknai dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam matematika.
Agar siswa lebih termotivasi, hendaknya guru:
-          Memperlihatkan betapa bermanfaatnya matematika bagi kehidupan melalui contoh-contoh penerapan matematika yang relevan dengan dunia keseharian siswa
-          Menggunakan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat sesuai dengan karakteristik topik yang disajikan
-          Memanfaatkan teknik, metode, dan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.



























BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
1.      Model pembelajaran matematika terdiri dari pembelajaran klasik, individu, cooperative learning dan pengajaran teman sebaya. Model merupakan bungkus dari penerapan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
2.      Jenis strategi pembelajaran matematika adalah pembelajaran langsung, diskusi, kooperatif dan problem solving.
3.      Pendekatan pembelajaran matematika terdiri dari pendekatan konstruktivis,  pemecahan masalah matematiak, open-ended, pendekatan realistik
4.      Metode dan pembelajaran matematika antara lain adalah ceramah, ekspositori, inkuiri, penemuan, permainan, demonstrasi, pemberian tugas, drill dan latihan.

B.     Saran

Dari kesimpulan di atas, kami memberikan saran:
  1. Sebagai calon guru, kita harus menggunakan model, strategi, pendekatan, metode, dan teknik dalam pembelajaran matematika yang efektif dan efisien agar siswa dapat menerima pelajaran matematika dengan mudah.
  2. Sebagai calon guru, kita harus menentukan model pembelajaran matematika yang tepat dengan materi pada kurikulum yang sedang digunakan.












DAFTAR ISI

















DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Bandung
Supriawan, Dedi dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.