BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia
pendidikan, pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat penting
yang penerapannya berguna dalam kehidupan sehari-hari. Namun pelajaran
matematika dianggap pelajaran yang sulit dipahami dan dipelajari, sehingga
banyak siswa yang tidak senang dan takut terhadap pelajaran matematika. Hal ini
dapat disebabkan cara pangajaran guru yang tidak tepat dan monoton. Sebagai
calon guru, kita harus dapat membuat siswa termotivasi belajar matematika agar
siswa menjadi lebih aktif, senang dan gembira. Dalam belajar matematika, guru
tidak boleh selalu mendominasi kelas. Guru harus memperhatikan model, strategi,
metode dan teknik pembelajaran matematika yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang digunakan.
Oleh karena
itu, dalam menyusun makalah ini kami akan menyampaikan beberapa model,
strategi, pendekatan, metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran
matematika yang sesuai dengan karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan
diajarkan.
B. Tujuan
Adapun tujuan kami menyusun
makalah ini adalah:
1.
Menjelaskan
model, strategi, pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran matematika
2.
Mengetahui
model, strategi, pendekatan, metode dan teknik yang efektif dalam pembelajaran
matematika
3.
Memberi
wawasan kepada calon guru tentang model, strategi, pendekatan, metode dan
teknik pembelajaran matematika
C. Ruang Lingkup
1.
Model
pembelajaran matematika
2.
Strategi
pembelajaran matematika
3.
Pendekatan
pembelajaran matematika
4.
Metode
dan teknik pembelajaran matematika
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi
siswa denagn guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode
dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sebagai guru kita harus mampu melakukan identifikasi terhadap kekuatan
dan kelemahan model pembelajaran yang tepat, mampu memilihnya secara tepat,
mengembangkan dan menerapkanya dalam proses pembelajaran. Agar efektivitas
pembelajaran yang diselenggarakan akan dapat meningkat. Berikut ini adalah
beberapa model pembelajaran pada matematika:
1.
Pembelajaran Klasik
Pembelajaran klasik yaitu
pembelajaran yang kita jumpai sehari-hari disekolah. Proses belajar mengajarnya
masih menggunakan cara lama yaitu :
a.
Guru mengajar sejumlah siswa antara 30 sampai 40 orang siswa
b.
Para siswa memiliki kemampuan minimum
c.
Siswa dapat dikatakan diasumsikan mempunyai minat dan
kecepatan yang relative sama
d.
Kesukaran guru untuk memperhatikan kecepatan belajar,
kesulitan belajar, dan minat belajar pada siswa.
e.
Guru menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran
materi kepada siswanya berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum
f.
Guru sangat mendominasi untuk menentukan kegiatan
pembelajaran
Kekurangan dari
model pembelajaran klasik itu adalah tidak dapat melayani kebutuhan belajar
siswa secara individu. Misalnya, siswa mengeluh karena gurunya mengajar terlalu
cepat, gurunya mengajar bertele-tele dan sebagainya.
2.
Pembelajaran Individu
Model pembelajaran individu
merupakan model yang menggunakan pembelajaran individual.
Ciri-ciri dari pembelajaran individual :
a.
Siswa belajar sesuai kecepatannya masing-masing
b.
Siswa belajar secara tuntas
c.
Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus
yang jelas
d.
Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sisitem nilai
mutlak.
Model
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran individual salah stunya adalah
modul. Modul yaitu suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep
pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction).
Prosedur dari pembelajaran Modul :
a.
Guru membagikan modul yang telah disiapkan kepada setiap
siswa.
b.
Guru menyuruh siswa untuk mempelajari (sendiri-sendiri)
bagian dari modul, dan mengerjakan soal-soal latihannya dalam waktu 2 x 40 menit.
c.
Setelah siswa menyelesaikan perintah , siswa diminta
mengumpulkan pekerjaanya untuk diperiksa guru.
d.
Guru memberikan tes bila siswa dapat menyelesaikaln latihan
soal dengan baik. Hasil tes menentukan siswa dapat melanjutkan ke modul
selanjutnya.
e.
Unruk siswa yang belum dapat menyelesaikan soal latihan
dengan baik. Siswa dapat minta bantuan mendiskusikan masalahnya. Jika sudah
menguasai betul baru siswa meminta tes kepada guru.
3.
Cooperative Learning Dalam
Matematika
Cooperative learning adalah pembelajaran dimana para siswa diberi
kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau
memecahkan suatu masalah secara bersama dengan cara berdiskusi. Siswa juga bisa
menentukan strategi pemecahanya dan menghubungkan masalah tersebut dengan
masalah-masalah lain yang telah dapat diselesaikan.
Cooperative learning dapat melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat
orang lain atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Adanya tugas kelompok dapat
memacu untuk bekerja sama dalam mengipertasikan pengetahuan-pengetahuan baru
dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya.
Didalam
matematika sendiri Cooperative learning
dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Seperti
contoh membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah
matematika.Dan dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah.

a.
Para siswa yang tegabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa
mereka adalah bagian dari tim dan mempunyai tujuan bersama untuk di capai.
b.
Siswa harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah
masalah kelompok. Berhasil atau tidaknya suatu kelompok adalah tanggung jawab
kelompok.
c.
Mencapai hasil yang maksimum dengan cara berbicara satu sama
lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Beberapa model Cooperative learning telah dikembangkan
oleh para ahli. Beberapa diantaranya STAD dan Jigsaw.
a)
STAD
Inti dari STAD (Student Team Acheviement Division) ini
adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam
kelompoknya yang terdiri atas emapat atau lima orang untuk menyelesaikan
soal-soal yang diberikan guru. Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaanya
kepada guru.
b)
Jigsaw
Setiap kelompok
diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda. Siswa bertemu dengan
anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik sama untuk saling
bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya
semula untuk menyampaikan apa yang didapatkannya.

1.
Memanfaatkan tugas pekerjaan rumah:
a. Membentuk
beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang setiap kelompok
b. Mintalah
mereka membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumah
c. Guru dapat
membimbing memecahkan kesulitan-kesulitan yang siswa alami pada saat diskusi.
d. Dapat
memberikan perhatian secara individual untuk para siswa yang tidak aktif
2.
Pembahasan Materi Baru:
a. Guru
menerangkan, mengembangkan, atau mendemostrasika suatu teknik baru yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah.
b. Kemudian
siswa disuruh untuk bekerja
sendiri-sendiri menggunakan pengetahuan yang baru.
c. Guru
mengharapkan adanya pertanyaan dari para siswa tentang materi baru tersebut
Untuk mengoptimalkan manfaat Cooperative
Learning, keanggotaanya sebaiknya heterogen. Baik dari kemapuanya maupun
kaakteristiknya, untuk menjamin keheterogenetas kelompok, maka gurulah yang
membentuk kelompok. Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi pada
kemapuan produktivitas kelompoknya.
Didalam Cooperative Learning
para siswa biasanya terlibat konflik-konflik verbal yang bekenaan dengan
perbedaan pendapat anggota-anggota kelompoknya. Guru memaiknkan peranan yang
menentukan dalam menerapkan Cooperative
Learning yang efektif.
- Pengajaran Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar
a.
Menurut berbagai ahli berpendapat bahwa tutor sebaya adalah :
Dedi Supriyadi (1985, h.36) mengemukakan, bahwa : “Tutor
sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan
untuk membantu sisawa yang mengelami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil
dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi”.
Ischak dan Warji (1987, h.44) mengemukakan bahwa :
“Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap
bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya”.
Conny Semiawan, dkk. (1987, h.70) mengemukakan bahwa :
“Tutor sebaya itu adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar
kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada
teman-teman sekelasnya diluar sekolah”.
Jadi, Tutor sebaya adalah
sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan
bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya disekolah. Bantuan belajar oleh
sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah
dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan
sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan. Sebagaiman dikemukakan oleh
Longstreth (dalam Muntasir, dkk.1985, h. 82-83) hubungan anak dengan anak,
sebagai berikut :
“Interaksi kawan
membukakan mata anak terhadap tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan itu,
dan yang sering dilakukan, dan dengan demikian ia condong untuk mempelajari
bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku …”.
Tugas
sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru s ebenarnya kebutuhan anak itu sendiri.
b.
Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya
Menurut
Branley (1974, h.53) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan tutor, yaitu :
1. Student to student
2. Group to tutor
3. Group to student
Model Operasional Kelompok:



B. Strategi Pembelajaran Matematika
- Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa Yunani, pengertian
strategi menurut etimologi ialah strategia yang artinya ’ilmu
perang’ atau ’panglima perang’. Dalam konteks perang strategi diartikan sebagai
suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur
posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Selain itu
strategi dapat didefinisikan sebagai suatu ide/pikiran yang disusun dengan
maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
“Strategi ialah suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal
ikhwal.” (Hidayat
2000:1)
Antony (dalam Hidayat 2000: 1) menyatakan bahwa “Strategi adalah suatu teknik yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan.”
Secara umum strategi diartikan suatu cara, atau siasat
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Pringgowidagda 2002: 88).
Dalam kaitannya
dengan pembelajaran (matematika), strategi adalah siasat atau kiat yang sengaja
direncanakan oleh guru, berkenaan denagn segala persiapan pembelajaran agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil
belajar bisa tercapai secara optimal.
Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman
(1993:155) mengatakan bahwa, ‘Strategi
pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan
pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan
tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.’ Maksudnya
adalah strategi pembelajaran merupakan suatu rencana yang disusun oleh guru
mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghasilkan hasil belajar
yang diinginkan guru pada siswa.
Dari uraian di atas, pengertian strategi dalam
kaitannya dengan pembelajaran (Matematika) adalah siasat atau kiat yang sengaja
direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil
belajar bisa tercapai secara optimal. GBRP, Program Tahunan, Rencana
Pembelajaran, Program Satuan Pelajaran merupakan contoh strategi pembalajara
yang tertulis.
Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi
membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak
dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami
dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum 2013.
- Komponen-komponen dalam strategi pembelajaran
Dick danCarey mengatakan bahwa ada lima komponen
strategi pembelajaran, yaitu:
-
Kegiatan pembelajaran pendahuluan
Dalam
menyusun langkah yang akan dilakakukan saat kegiatan belajar mengajar perlu
adanya kegiatan pembuka yang bertujuan agar siswa tertarik untuk fokus saat
pembelajaran.
Misalnya:
memberikan motivasi kepada siswa, membuat siswa fokus pada pelajaran,
mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dimulai (pre-test tertulis
maupun lisan).
-
Penyampaian informasi
Strategi
pembelajaran merupakan rangkaian prosedur yang memiliki tujuan tertentu untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tujuan guru dalam membuat strategi
pembelajaran adalah menyampaikan informasi (berupa materi) kepada siswa dengan
langkah-langkah tertentu sehingga dapat mengembangkan keterampilan siswa baik
dari aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotor.
-
Partisipasi siswa
Strategi
pembelajaran harus dibuat untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar sehingga dalam membuat suatu strategi pembelajaran, harus bisa
mengajak siswa untuk berpartisipasi di dalamnya (proses belajar mengajar).
Contoh:
strategi pembelajaran mendorong siswa untuk aktif di kelas seperti dalam hal
bertanya, menjawab, berpendapat dan lain sebagainya.
-
Tes
Tes
merupakan cara untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan atau keterampilan
siswa, oleh karena itu tes harus ada dalam strategi pembelajaran agar guru
dapat mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah dilakukannya.
Contoh: quiz, ulangan harian, UTS, UAS.
-
Kegiatan lanjutan
Kegiatan
lanjutan diperlukan dalam strategi pembelajaran untuk membantu siswa lebih memahami
lagi materi yang disamapaikan.
Contoh:
pemberian tugas untuk dikerjakan di rumah, rangkuman dari serangkaian proses
pembelajaran dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi
pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran:
a. Kompetensi yang akan dicapai.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
diharapkan bisa dimiliki siswa setelah melalui kegiatan belajar mengajar.
Dengan kata lain kompetensi ini merupakan tujuan dari kegiatan belajar mengajar
yang akan kita laksanakan.
b. Karakteristik Siswa.
Sebelum
berperang dengan musuh maka kenalilah dulu musuh itu. Begitu juga dalam
pemilihan strategi pembelajaran sangat perlu bagi kita untuk mengetahui atau
mengenali terlebih dahulu watak atau cara berfikir siswa dalam kegiatan belajar
mengajar agar informasi yang akan disajikan atau diberikan kepada siswa dapat
diterima dengan baik dan mudah dipahami. Selain itu dengan memahami
karakteristik dari siswa terlebih dahulu, komunikasi antara Guru dan siswa
dapat berjalan lancar.
c. Media pembelajaran
Segala
sesuatu yang ada di sekitar kegiatan belajar mengajar dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran untuk menyampaikan materi kepada siswa. Dalam pemilihan
strategi pembelajaran lebih baik disesuaikan dengan media pembelajaran apa yang
tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar, media
pembelajaran ini membantu Guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dan
memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan Guru. Dengan kata lain
media pembelajaran merupakan perantara antara Guru dengan siswa.
d. Keefektifan.
Pemilihan
strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan langkah-langkah mana yang efektif
untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Langkah yang efektif dan
praktis berfungsi untuk menyingkat waktu namun tujuan pembelajaran tetap
tercapai.
3.
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Penggunaan
strategi pembelajaran didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut:
a.
Berorientasi pada tujuan
Segala kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru
dan siswa harus diupayakan untuk mencapai tujuan tepatnya untuk mencapai
kompetensi yang telah ditentukan.
b.
Aktivitas
Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi strategi pembelajaran harus dapat
menciptakan siswa yang aktif dalam pembelajaran dan siswa yang berkompeten.
c.
Individualitas
Strategi pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan atau pengetahuan setiap individu siswa.
d.
Integritas
Strategi pembelajaran haruslah dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (aspek kepribadian
siswa).
- Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
a.
Strategi Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct
intruction).
Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher-centered
model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration,
guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson
requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that
businesslike and task-oriented”.
Artinya:
Pengajaran langsung adalah model berpusat
pada guru yang memiliki lima langkah:
ü Menetapkan tujuan
Menentukan materi apa yang akan diberikan untuk siswa
dan menentukan keterampilan yang diharapkan untuk siswa menguasainya. Tujuan yang
ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang
spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian,
melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi
pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan model ini.
ü Penjelasan dan/atau demonstrasi
penyampaian informasi megenai materi dilakukan dengan
menjelaskan atau mendemonstrasikannya di depan kelas. Dalam hal ini guru harus
menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa agar siswa mendapatkan
wawasan yang luas mengenai materi tersebut. Selain itu dengan menguasai materi
guru dapat mengelolah kelas dengan baik.
ü Panduan praktik
Setelah menjelaskan materi, memberikan petunjuk untuk
mempraktikannya ke dalam suatu pemecahan masalah
ü Umpan balik
memberikan tanggapan terhadap hasil kinerja dari
pempraktikan materi.
ü Perluasan praktik
Memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan materi
yang telah disampaikan guru kepada siswa dengan memberikan tugas, latihan, dan
semacamnya.
b.
Strategi Pembelajaran Diskusi
Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua
orang atau lebih dimana dalam proses terdapat pertukaran informasi memiliki
tujuan yang sama yaitu mencari solusi untuk memcahkan suatu masalah.
Sedangkan yang dimaksud dengan diskusi kelas adalah sebuah
rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok dimana setiap kelompok mendapat
tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan topik yang diberikan guru di
kelas.
Untuk menciptakan suasana diskusi yang aktif, guru berperan
sebagai pemimpin diskusi atau moderator dalam diskusi dimana guru di sini
bertugas untuk mengarahkan pembicaraan dalam diskusi. Dan diakhir diskusi guru
memberikan rangkuman hasil diskusi dengan mengevaluasinya juga.
c.
Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif diterapkan dengan memberikan
tugas kepada siswa untuk diselesaikan bersama dengan kelompok masing-masing
sehingga dalam memecahkan suatu masalah pada suatu kelompok, setiap individu
akan berpartisipasi dan dalat saling melengkapi mengenai materi yang diajarkan.
Kemudian antara kelompok satu dengan kelompok yang lain menyampaikan informasi
yang akan didapat dalam suatu penyelesaian masalah.
Dalam strategi ini guru berperan sebagai moderator dari
setiap kelompok dan memberikan panduan mengenai jalannya kerja kelompok. Ada
empat unsur yang penting dalam strategi ini, yaitu:
-
Adanya peserta dalam kelompok
-
Adanya aturan keompok
-
Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok.
-
Adanya tujuan yang harus dicapai.
d.
Strategi Pembelajaran Problem Solving
“Pemecahan masalah (problem
solving) didefinisikan sebagai suaru proses penghiilangan perbedaan atau
ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang
diinginkan.”(Hunsaker, 2005)
Mu’Qodin (2002) mengatakan bahwa problem solving adalah suatu
keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan
dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan
melakukan suatu tindakan yang tepat.
Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan
keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi dan mengidentifikasi masalah untuk menghasilkan alternatif sehingga
dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
Implementasi strategi problem solving dalam pembelajaran
Matematika adalah guru mengajarkan kepada siswa penggunaan grafik untuk
mengolah suatu data.
C. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Pendekatan
pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran agar konsep yang disajikan beradaptasi dengan siswa.
1.
Orientasi Pendekatan Open- Ended dalam Pembelajaran Matematika
Kegiatan berpikir yang sulit
terlepas dari matematika, seperti memahami suatu konsep matematika, memecahkan
permasalahan matematika, menkonstruksi suatu teori, atau menyelesaikan
permasalahan dengan menerapkan matematika disebut kegiatan matematika.
a.
Mengkonstruksi Problem
Problem Open-Ended tidak mudah dikembangkan oleh siswa dengan beragam
kemampuan. Melalui penelitian di Jepang ditemukan beberapa hal yang menjadi acuan
dalam mengkreasi problem tersebut diantaranya:
1)
Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata
2)
Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menemukan hubungan dan sifat- sifat dari variabel dalam persoalan
itu.
3)
Sajikan bentuk- bentuk atau bangun- bangun geometri.
4)
Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat
menemukan aturan matematika.
5)
Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori
6)
Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat
mengeneralisasi dari pekerjaanya
b.
Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Setelah guru mengknstruksi
dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum
problem itu ditampilkan di kelas adalah :
·
Apakah problem itu kaya dengan konsep- konsep matematika dan
berharga?
Problem harus mendorong siswa untuk berpikir dari berbagai
sudut pandang
·
Apakah level matematika dari problem itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan problem Open- ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang telah mereka punyai
·
Apakah problem itu mengundang perkembangan konsep matematika
lebih lanjut ?
Problem harus memiliki keterkaitan atau dihubungkan dengan
konsep- konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk
berpikir tingkat tinggi
Setelah kita memformulasi
problem mengikuti kriteria yang dikemukakan, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Tahapnya adalah sebagai berikut:
ü
Tuliskan respon siswa yang diharapkan
Siswa diharapkan merespon problem open- ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus
menulis daftar antisipasi respon siswa terhadap problem.
ü
Tujuan dari problem itu harus jelas
ü
Sajikan problem semenarik mungkin
Konteks permasalahan yang diberikan harus dikenal baik oleh
siswa dan harus menbangkitkan semangat intelektual.
ü
Lengkapi prinsip posing problem sehingga siswa memahami
dengan mudah maksud dari problem itu.
Problem harus diekspresikan sedemikian sehingga siswa dapat
memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat
mengalami kesulitan jika eksplanasi problem terlalu ringkas.
ü
Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi
problem
Kadang- kadang waktu
yang dialokasikan tidak cukup dalam
menyajikan problem, memecahkannya mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian, dan merangkum apa yang telah
siswa pelajari. Oleh karena itu, guru harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
mengeksplorasi problem.
c.
Kenggulan dan Kelemahan
Pendekatan Open- Ended
Dalam pendekatan Open- Ended guru memberikan permasalahan
kepada siswa yang solusinya atau jawabannya tidak perlu ditentukan hanya satu
jalan/ cara. Guru harus memanfaatkan keberagaman cara atau prosedur untuk
menyelesaikan masalah itu untuk memberi pengalaman siswa dalam menemukan
sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir
matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Keunggulan pendekatan Open- ended adalah :
1.
Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan
sering mengekspresikanidenya.
2.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
3.
Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.
Siswa secara instringsik
termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.
Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
Kelemahan pendekatan open-
ended adalah :
1.
Membuat dan menyiapkan masalah metematik yang bermakna bagi
siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2.
Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa
sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
3.
Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
4.
Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitanyang mereka hadapi.
e.
Contoh Pendekatan Open-
Ended

Problem :

Contoh respon yang siswa harapkan :
Sudut Pandang
|
Respon Siswa
|
Perubahan Rasio
|
1.
Bila x naik maka y naik
|
|
2.
Kemiringannya sama
|
|
3.
Tingkat perubahannya tetap
|
|
4.
Gradiennya positif
|
|
5.
Grafiknya naik ke kanan
atas
|
|
6.
Terdapat perbandingan
tetap antara y dan x
|
Pernyataan
|
7.
Fungsi tersebut berbentuk
y= ax
|
|
8.
Y merupakan fungsi linear
terhadap x
|
Grafik
|
9.
Grafiknya berupa garis
lurus
|
|
10.
Grafiknya melalui titik
asal
|
|
11.
Grafiknya simetris
terhadap titik pusat
|
|
12.
Grafik melalui kuadran
pertama dan ketiga
|
|
13.
Grafik melalui titik (2,4)
|
Range
|
14.
Rangenya tak hingga
|
2.
Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Realistik
a. Pengantar
Salah satu pembelajaran matematika
yang akhir- akhir ini sedang marak dibicarakan orang adalah pembelajaran
menggunakan pendekatan realistik. Beberapa penelitian pendahuluan di beberapa
negara menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik
sekurang- kurangnya dapat membuat:
1.
Matemtika lebih menarik, relevan, dan bermakana tidak terlalu
formal dan tidak terlalu abstrak.
2.
Mepertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3.
Menekankan belajar matematika pada learning by doing
4.
Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa
menggunakn penyelesaian yang baku.
5.
Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran
matematika ( Kuiper & Knuver, 1993)
b.
Inovasi Pembelajaran
Matematika
Romberg mengatakan bahwa
dalam pendidikan matematika, individu atau kelompok dapat membuat suatu prodk
baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran, produk ini mungkin berupa materi
pembelajaran baruteknik pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru .
Program ini dimaksudkan
untuk mengoptimalkan hasil proses belajar mengajar yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan siswa dalam menyerap konsep- konsep, prosedur dan
alogaritma matematika.
c.
Pendekatan Realistik
diantara Pendekatan Lainnya dalam Pendidikan Matematika
Secara umum terdapat empat
pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, yaitu : mechanistic, structuralistic, empiristic, dan realistik.
a.
Menurut filosofi mechanistic
manusia ibarat komputer sehingga dapat diprogram dengan cara drill untuk
mengerjakn hitungan dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana
bahkan mungkin dalam penelesaian geometri.
b.
Menurut filosofi structuralistic,
yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa
matematika dan sistemnya terstruktur secara baik.
c.
Menurut filosofi empiristik
bahwa dunia adalah kenyataan. Dalam pandangan ini kepada siswa disediakan
berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa.para siswa
mendapat kesempatan untuk mendapatlan pengalaman yang berguna.
d.
Menurut filosofi realistic
siswa diberikan tugas- tugas yang mendekati kenyataan yaitu yang dari dalam
siswa akan memperluas dunia kehidupannya.
d.
Prinsip- Prinsip
Pembelajaran Realistik
Lima prinsip utama dalam
kurikulum matematika realistik yaitu:
·
Dominasi oleh masalah- masalah dalam konteks
·
Perhatian diberikan pada pengembangan model- model, situasi,
skema, dan simbol- simbol
·
Sumbangan dari siswa, sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran manjadi konstruktif dan produktif
·
Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran
matematika
·
Mambuat jalinan antar topik,
antar pokok bahasan atau antar
strand
Menurut Treffersdan Goffree
(1985, dalam De Large 1996) bahwa masalah kontekstual dalam kurikulum realistik
berguna untuk mengisi sejumlah fungsi:
a)
Pembentukan konsep: para siswa diperkenankan untuk masuk ke
dalam matematika secra alamiah dan termotivasi
b)
Pembentukan model: masalah- masalah kontekstual memasuki
fondasi siwa untuk belajar operasi, prosedur, notasi, dan aturan
c)
Keterterapan: masalah kontekstual menggunakan reality sebagai
sumber dan domain untuk terapan
d)
Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi
terapan
e.
Pertimbangan Menggunakan Pendekatan
Realistik
Dikaitkan dengan prinsip- prinsip pembelajaran dalam
pendekatan matematika realistik. Berikut ini merupakan rambu- rambu
penerapannya:
1.
Bagimana guru menyampaikan matematika kontekstual sebagai
starring point pembelajaran
2.
Bagaimana guru
menstimulasi, membimbing, dan menfasilitasi agar prosedur, alogaritma,
simbol skema dan model yang dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai
kepada matematika formal
3.
Bagaimana guru memberi atau mengarahkan kelas, kelompok,
maupun individu untuk menciptakan free production, menciptakan caranya sendiri
dalma menyelesaikan soal atau menginterpretasikan problem kontekstual, sehingga
tercipta berbagai macam pendekatan, atau metode penyelesaian atau alogaritma
4.
Bagaimana guru mmbuat kelas bekerja secara interaktif
sehingga interaksi diantara mereka antara siswa dengan siswa dalam
kelompok kecil, dan antara anggota-
anggota kelompok dalam presentasi umum, serta antara siswa dan guru
5.
Bagaimana guru membuat jalinan antara topik dengan topik lain, antara konsep dengan
konsep lain dan antara satu simbol dengan simbol lain didalam rangkaian
matematika
Sebuah laporan penelitian
terhadap implementasi pembelajaran matematikaberdasarkan realistik mengatakan
bahwa:
·
Sekurang- kurangnya telah mengubah sikap siswa menjadi lebih
tertarik terhadap matematika
·
Siswa menyenangi matematika dengan pendekatan pembelajran
yang diberikan dengan alasan cara belajrnya berbeda dari biasanya
Beberapa rekomendasi hasil studi tersebut antara lain
mengingat bahwa tidaka ada cara belajra mengajar yang terbaik, maka pendekatan
realistik perlu dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran matematika
f.
Contoh
Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Realistik Matematika
1.
Membandingkan dan menukar (barter)
2.
Kombinasi harga- harga
3.
Mencari harga berbagai barang
4.
Pola dan formula
5.
Konstruksi baja
6.
Desain ubin lantai
7.
Pola- pola dasar
D. Metode dan Teknik Pembelajaran Matematika
Metode pembelajaran adalah
cara menyajikan materi yang bersifat umum. Kemampuan metode mengajar dari
seorang guru selalu disertai kemampuan teknik-teknik mengajarkan bidang
studinya. Dengan demikian, metode dan teknik diibaratkan dua sisi mata uang
yang berbeda tetapi tidak terpisah dalam pelaksanaannya di lapangan.
Matematika adalah pelajaran
yang paling sulit dipelajari, jadi jarang siswa yang menyukai pelajaran
matematika. Untuk mata pelajaran matematika, guru diminta agar tidak
mendominasi kelas dan pengajaran berpusat pada siswa. Guru harus memperhatikan
metode yang sesuai dengan tuntutan itu apakah penerapannya sudah efektif dan
efisien. Pemilihan metode yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses
belajar mengajar. Setiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode
yang lain.
1.
Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara
penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di
suatu ruangan. Pada metode ini guru lebih mendominasi dalam kegiatan belajar
mengajar.
Kelebihan metode ceramah:
-
Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan
yang sama untuk mendengarkan, dan karena biaya yang diperlukan menjadi relatif
lebih murah.
-
Konsep yang disajikan secar hierarki akan memberikan
fasilitas belajar kepada siswa.
-
Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting,
hingga waktu energi dapat digunakan sebaik mungkin.
-
Isi silabus dapat diselesaikan denagn lebih mudah, karena
guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
-
Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.
Kelamahan metode
ceramah:
-
Pelajaran berjalan membosankan dan murid-murid menjadi pasif,
karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang dijabarkan.
-
Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat murid
tidak mampu menguasai bahan ynag diajarakan.
-
Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat
terlupakan.
-
Ceramah menyebabkan belajar murid menjadi “belajar menghafal”
(rote learning) yang tidak
mengakibatkan timbulnya perhatian.
Metode ceramah perlu dipakai jika:
-
Bertujuan untuk memberikan informasi.
-
Materi yang disajikan belum ada dalam sumber-sumber yang
lain.
-
Materi sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok
yang akan menerimanya.
-
Materinya menarik atau dibuat manarik.
-
Setelah ceramah selesai diadakan cara lain untuk pengendapan
agar lebih lama diingat.
Metode ceramah tidak dipakai jika:
-
Tujuan instruksionalnya bukan hanya memberikan informasi,
tetapi misalnya agar murid kreatif, terampil, atau menyangkut aspek kognitif
yang lebih tinggi.
-
Diperlukan ingatan yang tahan lama.
-
Diperlukan partisipasi aktif dari murid untuk mencapai tujuan
instrulsional.
-
Kemampuan kelas rendah.
2.
Metode Ekspositori
Pada metode ekspositori
murid lebih aktif daripada metode ceramah. Murid tidak hanya mendengarkan dan
mencatat, tetapi juga diminta membuat soal dan bertanya kalau tidak dimengerti.
Guru memeriksa pekerjaan murid. David P. Ausubel berpendapat bahawa metode
ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling efisien dalam
menanamkan belajar bermakna. Ausubel membedakan belajar menjadi:
a.
Belajar dengan menerima (reception learning)
b.
Belajar melalui penemuan (discovery
learning)
Belajar juga dibedakan
menjadi:
a.
Belajar dengn menghafal (rote
learning)
b.
Belajar denagn pengertian (meaningful learning)
3.
Metode Demonstrasi
Pada metode ini aktivitas murid lebih banyak dilibatkan
sehingga dominasi guru lebih berkurang. Ciri metode demonstrasi adanya
penonjolan mengenai suatu kemampuan, misalnya kemampuan membuktikan teorema dan
menurunkan rumus. Sedangkan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya
pemakaian sepasang segitiga untuk memggambar dua garis sejajar dan tegak lurus.
Setelah demonstrasi selesai, hendaknya disusul kegiatan diskusi.
4.
Metode Driil dan Metode Latihan
Kemampuan mengingat fakta-fakta dasar hitungan tergantung
pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat kembali dan
kegiatan-kegiatan lain bersifat lisan merupakan hal-hal yang perlu untuk
“hafal”. Kemampuan ini merupakan tujaan dari metode drill. Tujuan metode drill
adalah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika. Sedangkan
latihan diperlukan agra siswa terampil menyelesaikan soal-soal yang pengertian
dan prosedur penyelesaiannya sudah
dipahami.
5.
Metode Tanya Jawab
Dengan metode tanya jawab siswa menjadi lebih aktif daripada
belajar mengajar dengan metode ekspositori. Karena pertanyaan-pertanyaan dari
guru harus mereka jawab. Untuk menghindari sikap guru yang tidak menyenangkan,
agar siswa menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan
metode tanya jawab, guru hendaknya berlaku sebagai berikut:
a.
Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa
bagaimanapun jelek mutunya.
b.
Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan mengajukan
pertanyaan.
c.
Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab
pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, atau
mendemonstrasikan hasil berpikirnya di
depan kelas atau papan tulis atau memperlihatkan hasil karyanya.
d.
Mengajukan pertanyaan kepada sasaran yang sesuai dengan keperluan.
e.
Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat
kekeliruan yang disengaja.
f.
Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya.
6.
Metode Penemuan
Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang
dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya ini siswa menemukan sendiri sesuatu hal
yang baru. Melaksanakan pengajaran dengan metode penemuan harus memperhatikan
siswa yang cerdas dan yang kurang kecerdasannya. Bagi yang cerdas hendaknya
diberikan tugas yang lain agar tidak bosan menunggu hasil temannya.
Untuk merencanakan pengajaran penemuan hendaknya
diperhatikan:
a.
Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
b.
Hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa
c.
Prasyaart-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa
d.
Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing
Kelebihan metode penemuan:
a.
Siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar, karena ia berpikir
dan menggunakan kemampuan hasil akhir
b.
Siswa memahami benar bahan pelajaran, karena mengalami
sendiri proses menemukannya
c.
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas
d.
Siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks
e.
Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
Kelemahan metode penemuan:
a.
Metode banyak menyita waktu dan tidak menjamin siswa tetap
semangat mencari penemuan-penemuan.
b.
Tidak tiap mempunyai guru selera atau kemampuan mengajar
dengan cara penemuan.
c.
Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
d.
Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap
topik.
e.
Kelas yang banyak guru akan sangat merepotkan guru dalam
memberikan bimbingan
7.
Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip
dengan metode penemuan. Mengajar inkuiri dapat dilakukan melalui ekspositori,
kelompok dan cara sendiri-sendiri. Tujuan mengajar inkuiri adalah agar siswa
tahu dan metode ilmiah dengan inkuiri dan mampu mentrasfer ke dalam situasi
lain. Adapun tahap metode inkuiri:
a.
Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan
dan teka teki.
b.
Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa
menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang digunakan
untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan dan masalah.
c.
Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri
yang baru dilaksanakan.
d.
Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan
untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
8.
Metode Permainan
Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang
menggembirakan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan instruksional pengamatan matematika. Tujuannya dapat
menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, atau afektif. Permainan matematika
dapat meningkatkan kemampuan, penanaman konsep, pemahaman dan pemantapannya,
meningkatkan kemampuna menemukan dan memecahakn masalah. Metode permainan
memerlukan perumusan tujuan instruksional yang jelas, penilaian topik atau
subtopik, perincian kegiatan belajar mengajar.
Kelemahan metode permainan:
a.
Tidak semua topik dapat disajikan melalui permainan
b.
Memerlukan banyak waktu
c.
Penentuan kalah menang dapat berdampak negatif
d.
Mengganggu ketenangan belajar di kelas lain
9.
Metode Pemberian Tugas
Metode ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya
pertanggungjawaban dari murid. Cara guru menilai hasil tugas tertulis
kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Maksud pemberian tugas soal-soal pekerjaan
rumah adalah agar murid terampil menyelesaikan soal, lebih memahami, dan
mendalami pelajran yang diberikan di sekolah.
Ø
Teknik Bertanya dan Memberiakan Motivasi
Salah satu persiapan pembelajaran matematika adalah
menentukan tujuan dan ujung kegiatan intinya adalah mengukur apa yang telah
dipelajari oleh siswa melalui kegiatan penilaian. Hal yang tidak kalah
pentingnya dalam persiapan atau perencanaan kegiatan pembelajran matematika
adalah menentukan strategi pemberian motivasi kepada siswa untuk belajar
1.
Taksonomi Bloom
Tujuan penyajian taksonomi Bloom ke dalam bentuk klasifikasi
hierarki dimaksudkan untuk mengategorisasi hasil perubahan kognisi pada diri
siswa sebagai hasil sebuah pembelajaran. Taksonomi Bloom yang dimaksud adalah:
a.
Pengetahuan (Knowledge/C1),
menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah siswa peroleh secar tepat sesuaia dengan apa
yang telah mereka peroleh sebelumnya.
b.
Pemahaman (Comprehension/C2),
adalh tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan
penguasaan atau mengerti tentang sesuatu.
c.
Penerapan (Application/C3),
adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan
pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya
secara tepat ketika mereka diminta untuk itu.
d.
Analisis (Analysis/C4),
adalah kemampuan untuk memilih sebuah informasi ke dalam komponen-komponen
sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut
menjadi tampak dan jelas.
e.
Sintesis (Synthesis/C5),
adalah kemampuan untuk mengombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah
struketur yang unik atau sistem
f.
Evaluasi (Evaluation/C6)
adalah kegiatan membuat penilaian (judgment)
berkenaan denagn nilai sebuah idea, kreasi, cara atau metode.
2.
Strategi Mengajukan Pertanyaan
Seandainya mamapu, guru dapat:
-
Mengembangkan pertanyaan yang baik, benar, dan relevan.
-
Melibatkan semua siswa dalam kegiatan bertanya dan menjawab
pertanyaan.
-
Mengondisikan serta mendorong diskusi kelas, strategi
mengajukan pertanyaan dapat menjadi prosedur yang potensial untuk kegiatan
tinjau-ulang materi-materi matematika yang telah disampaikan.
3.
Tipe-tipe Pertanyaan
Tipe-tipe pertanyaan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika antara lain pertanyaan yang berkenaan dengan pengetahuan, pamahaman,
penerapan, analisis, sintesis, evaluasi tentang fakta, keterampilan, konsep,
dan prinsip.
4.
Mengembangkan Strategi Bertanya yang Efektif
Dalam sebuah pembelajaran, partanyaan yang ditujukan bagi
siswa hendaknya memperhatikan tingkat kesukaran pertanyaan tersebut. Karena
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan siswa tidak sama, maka dominasi siswa
yang berkemampuan lebih harus dihindari. Strategi pemberian pertanyaan dalam
pembelajaran metematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar selama diberikan secara efektif dan efisien.
5.
Mendiagnosis dan Memberikan Motivasi Belajar
Masalah rendahnya motivasi belajar siswa dapat diakibatkan
oleh beberapa hal:
-
Kegagalan berulang ynag dialami oleh siswa dalem melakukan
aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan matematika
-
Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh siswa sebelumnya yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan dalm belajar metematika.
-
Ketidakserasian dalam berinteraksi amtara siswa dengan siswa
lainnya atau antara siswa dengan guru
-
Kekeliruan siswa memakai dalm memaknai dan memahami
nilai-nilai yang terkandung dalam matematika.
Agar siswa lebih termotivasi, hendaknya guru:
-
Memperlihatkan betapa bermanfaatnya matematika bagi kehidupan
melalui contoh-contoh penerapan matematika yang relevan dengan dunia keseharian
siswa
-
Menggunakan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran
matematika yang tepat sesuai dengan karakteristik topik yang disajikan
-
Memanfaatkan teknik, metode, dan pendekatan yang bervariasi
dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas
dapat disimpulkan
1.
Model
pembelajaran matematika terdiri dari pembelajaran klasik, individu, cooperative
learning dan pengajaran teman sebaya. Model merupakan bungkus dari penerapan
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
2.
Jenis
strategi pembelajaran matematika adalah pembelajaran langsung, diskusi,
kooperatif dan problem solving.
3.
Pendekatan
pembelajaran matematika terdiri dari pendekatan konstruktivis, pemecahan masalah matematiak, open-ended,
pendekatan realistik
4.
Metode
dan pembelajaran matematika antara lain adalah ceramah, ekspositori, inkuiri,
penemuan, permainan, demonstrasi, pemberian tugas, drill dan latihan.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, kami
memberikan saran:
- Sebagai calon guru, kita harus menggunakan model, strategi, pendekatan, metode, dan teknik dalam pembelajaran matematika yang efektif dan efisien agar siswa dapat menerima pelajaran matematika dengan mudah.
- Sebagai calon guru, kita harus menentukan model pembelajaran matematika yang tepat dengan materi pada kurikulum yang sedang digunakan.
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas
Pendidikan Bandung
Supriawan, Dedi dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP
Bandung.
Pembelajaran. http://alumni.smadangawi.net/2009/06/28/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/.
Diakses 10 September 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar